Mengganti gugus fungsi yang bersifat heteroatom

A. MANIPULASI GUGUS FUNGSI
       1. Mengganti gugus fungsi yang bersifat         heteroatom


GUGUS PELINDUNG
Gugus pelindung atau gugus proteksi adalah suatu gugus fungsional yang digunakan untuk melindungi gugus tertentu supaya tidak turut bereaksi dengan pereaksi atau pelarut selama proses sintesis kimia berlangsung. Gugus pelindung tersebut ditambahkan ke dalam molekul melalui modifikasi kimia pada suatu gugus fungsi untuk mencapai kemoselektivitas pada reaksi kimia selanjutnya. Gugus ini memainkan peranan penting dalam sintesis organik multitahap.
Deproteksi adalah penghilangan atau reduksi gugus pelindung menjadi gugus fungsi awal yang dilindungi. Pemilihan gugus pelindung :
1.      Mudah dimasukkan dan dihilangkan
2.       Tahan terhadap reagen yang akan menyerang gugus fungsional yang tidak terlindungi.
3.      Stabil dan hanya bereaksi dengan pereaksi khusus untuk mengembalikan gugus fungsi aslinya.
4.      Gugus pelindung seharusnya tidak mengganggu reaksi yang dilakukan sebelum dihapus. 

Heteroatom–atom selain karbon atau hidrogen. Heteroatom pada umumnya adalah nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor dan halogen. Ikatan π. Sebagian besar ikatan π terdapat pada ikatan rangkap dua C–C dan C–O.
Sifat struktural inilah yang membedakan suatu molekul organik dengan molekul lainnya. Sifat ini menentukan geometri, sifat fisik dan reaktivitas suatu molekul, dan termasuk dalam apa yang disebut sebagai gugus fungsional.
Gugus fungsional adalah suatu atom atau kelompok atom yang memiliki karakteristik fisikokimia tertentu. Gugus fungsi merupakan bagian yang reaktif daru sebuah molekul.
Suatu heteroatom dapat memberikan reaktifitas pada suatu molekul tertentu karena heteroatom memiliki pasangan elektron bebas yang dapat membuat atom karbon menjadi kekurangan elektron. Sedangkan ikatan π memberi pengaruhnya karena sifatnya yang mudah terputus pada reaksi kimia. Suatu ikatan π membuat suatu molekul menjadi basa dan bersifat nukleofil.
Meskipun ikatan π memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan karakteristik molekul, bukan berarti ikatan σ C–C dan C–O tidak penting. Ikatan-ikatan tersebut membentuk skeleton atau rangka dasar karbon tempat gugus-gugus fungsional terikat.
Misalnya etana, yang hanya memiliki ikatan σ C–C dan C–O, sehingga tidak memiliki gugus fungsional. Etana tidak memiliki ikatan polar, pasangan elektron bebas, maupun ikatan π, sehingga tidak ada sisi reaktif. Karena itu, etana dan molekul-molekul yang sejenis dengannya sangat tidak reaktif. Di sisi lain, etanol memiliki dua atom karbon dan lima atom hidrogen pada rangka induknya, serta satu gugus OH, suatu gugus fungsional yang disebut gugus hidroksi. Etanol memiliki pasangan elektron bebas dan ikatan polar yang membuatnya bersifat reaktif dengan berbagai macam pereaksi.
Secara umum gugus fungsional atau selanjutnya disebut gugus fungsi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a)      Hidrokarbon
b)      Senyawa yang memiliki ikatan σ C–Z (Z = suatu unsur elektronegatif)
c)      Senyawa yang memiliki ikatan σ C=Z

Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan senyawa yang hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Ikatannya dapat bersifat alifatik maupun aromatik. Hidrokarbon alifatik. Hidrokarbon alifatik dapat digolongkan menjadi 3:
1)      Alkana, hanya memiliki ikatan σ C–C dan tidak memiliki gugus fungsional, misalnya etana (CH­3CH3).
2)      Alkena, memiliki ikatan rangkap dua C–C sebagai suatu gugus fungsi, misalnya etena/etilen (CH2=CH2)
3)      Alkuna, memiliki ikatan rangkap tiga C–C sebagai suatu gugus fungsi, misalnya etena/asetilen (HC≡CH)
Hidrokarbon aromatik. Kelompok ini dinamakan demikian karena saat pertama diketahui senyawa ini memiliki cara lg dri dri aroma yang kuat.
Hidrokarbon aromatik yang paling sederhana adalah benzen. Cincin anggota-enam dan tiga ikatan π pada benzen membentuk gugus fungsi tunggal. Benzen adalah komponen dari campuran BTX (B untuk benzen) yang ditambahkan ke gasolin untuk meningkatan nilai oktan.
Ketika cincin benzen diikatkan pada gugus lain, maka disebut gugus fenil. Misalnya pada fenilsiklohekana, suatu gugus fenil terikat pada cincin sikloheksana.
Karena alkana tidak memiliki gugus fungsi, maka sifatnya tidak reaktif kecuali di bawah kondisi yang sangat drastis. Misalnya, polietilen, suatu plastik sintetik yang merupakan alkana dengan berat molekul tinggi yang terdiri dari rantai –CH2– yang terikat satu sama lain, sepanjang ratusan hingga ribuan atom. Karena merupakan alkana yang tidak memiliki sis reaktif, maka senyawa ini sangat stabil dan tidak mudah terdegradasi, namun akibatnya mampu bertahan selama bertahun-tahun di tempat pembuangan sampah.

Senyawa yang memiliki ikatan σ C–Z
Keberadaan heteroatom Z yang bersifat elektronegatif menciptakan suatu ikatan polar, memboat karbon mengalami defisiensi (kekurangan) elektron. Pasangan elektron bebas pada Z dapat bereaksi dengan proton dan elektrofil lainnya, khususnya jika Z = N atau O. berbagai senyawa sederhana dalam kategori ini telah banyak dimanfaatkan. Misalnya, kloroetana (CH3CH2Cl, umumnya disebut etil klorida) merupakan suatu alkil halida yang digunakan sebagai anestesi lokal. Kloroetana menguap dengan cepat ketika disemprotkan pada luka, menyebabkan raa dingin yang menyebabkan rasa kebas pada bagian terjadinya cedera.
Molekul-molekul yang mengandung gugus fungsi ini ada yang sederhana, namun ada pula yang sangat kompleks. Dietil eter, anestesi umum pertama yang merupakan eter sederhana dikarenakan mengandung atom O tunggal yang terikat pada dua atom C. Sedangkan hemibrevetoksin B, megnandung empat gugus eter, disamping gugus fungsi lainnya.

Senyawa yang memiliki gugus C=O
Ada banyak jenis gugus fungsi yang mengandung ikatan rangkap dua C–O (gugus karbonil). Ikatan polar C–O membuat karbon karbonil bersifat elektrofil, sedangkan pasangan elektron bebas pada O menjadikannya nukleofil dan basa. Gugus karbonil juga mengandung satu ikatan π yang lebih mudah putus dibandingkan ikatan σ C–O. Atenolol dan donepezil merupakan contoh obat yang mengandung berbagai gugus fungsi. Atenolol merupakan suatu β-bloker, suatu kelompok obat yang digunakan untuk menangani hipertensi. Sedangkan donepezil, digunakan untuk menangani demensia yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer.
Peran dari suatu gugus fungsi tidak dapat ditentukan. Suatu gugus fungsi menentukan sifat-sifat molekul berikut:
-          Ikatan dan bentuk
-          Jenis dan kekuatan gaya antarmolekul
-          Sifat fisik
-          Tatanama
-          Reaktivitas kimiawi.
Permasalahan
  1.ikatan π membuat suatu molekul menjadi basa dan bersifat nukleofil. Apakah ikatan ini bisa berubah menjadi asam sewaktu-waktu dan disebabkan oleh apa, jelaskan ?
  2.Benzen adalah komponen dari campuran BTX (B untuk benzen) yang ditambahkan ke gasolin untuk meningkatan nilai oktan. Bagaimana jika benzen disini diganti dengan senyawa lain dan ditambahkan kegasolin apakah nilai oktannya tetap meningkat atau malah menurun ?
   3. 
.

Komentar

  1. Hay...
    Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda no 2.
    Cara meningkatkan bilangan oktan ada 3 cara, yaitu :

    1. Dengan penambahan Etanol ⇒ C₂H₆O
    Premium yang memiliki nilai oktan 88 apabila ditambahkan dengan etanol maka nilai oktannya menjadi 91 (nilai ini mendekati pertamax 92).

    2. Dengan penambahan TEL (Tetraethyl Lead) ⇒ Pb(C₂H₅)₄
    Penambahan TEL dapat meningkatkan nilai oktan, tetapi menghasilkan hasil samping Pb (Timbal) yang dapat mengendap di mesin. Disamping itu, senyawa PbBr₂ yang dilepaskan ke udara juga sangat beracun dan berbahaya.

    3. Dengan penambahan MTBE (methyl tertiary butil eter) ⇒ C₅H₁₁O
    MTBE merupakan senyawa yang dibuat dari etanol. MTBE dapat meningkatkan bilangan oktan dan dapat mengurangi pembakaran tidak sempurna premium yang menghasilkan gas CO.

    BalasHapus
  2. Saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 2.
    Untuk menaikkan angka oktan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan menambahkan TEL (tetra ethyl lead) dengan rumus kimia Pb(C2H5)4. Cara ini terbukti efektif, tetapi timbel sisa pembakaran dapat mengendap di mesin. Oleh karena itu perlu ditambahkan senyawa 1,2-dibromoetana yang akan mengikat timbel menjadi PbBr2 yang mudah menguap. Adanya PbBr2 yang berasal dari mesin dapat menimbulkan pencemaran yang berbahaya. Oleh karena itu penggunaan timbel untuk meningkatkan angka oktan sekarang sudah ditinggalkan dan diganti dengan bahan lain misalnya MTBE (metil tersier-butil eter).

    BalasHapus
  3. Baiklah saya akan mencoba mnjawab yang kedua yaitu Untuk menaikkan angka oktan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan menambahkan TEL (tetra ethyl lead) dengan rumus kimia Pb(C2H5)4. Cara ini terbukti efektif, tetapi timbel sisa pembakaran dapat mengendap di mesin. Oleh karena itu perlu ditambahkan senyawa 1,2-dibromoetana yang akan mengikat timbel menjadi PbBr2 yang mudah menguap. Adanya PbBr2 yang berasal dari mesin dapat menimbulkan pencemaran yang berbahaya.

    BalasHapus
  4. Saya akan menjawab permasalahan yg ke 2 Untuk menaikkan angka oktan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan menambahkan TEL (tetra ethyl lead) dengan rumus kimia Pb(C2H5)4. Cara ini terbukti efektif, tetapi timbel sisa pembakaran dapat mengendap di mesin. Oleh karena itu perlu ditambahkan senyawa 1,2-dibromoetana yang akan mengikat timbel menjadi PbBr2 yang mudah menguap. Adanya PbBr2 yang berasal dari mesin dapat menimbulkan pencemaran yang berbahaya. Oleh karena itu penggunaan timbel untuk meningkatkan angka oktan sekarang sudah ditinggalkan dan diganti dengan bahan lain misalnya MTBE (metil tersier-butil eter).

    BalasHapus
  5. Adanya PbBr2 yang berasal dari mesin dapat menimbulkan pencemaran yang berbahaya. Oleh karena itu penggunaan timbel untuk meningkatkan angka oktan sekarang sudah ditinggalkan dan diganti dengan bahan lain misalnya MTBE (metil tersier-butil eter).

    BalasHapus
  6. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 2. Benzen adalah komponen dari campuran BTX (B untuk benzen) yang ditambahkan ke gasolin untuk meningkatan nilai oktan. Cara meningkatkan bilangan oktan ada 3 cara, yaitu :
    1. Dengan penambahan Etanol ⇒ C₂H₆O
    2. Dengan penambahan TEL (Tetraethyl Lead) ⇒ Pb(C₂H₅)₄
    3. Dengan penambahan MTBE (methyl tertiary butil eter) ⇒ C₅H₁₁O

    BalasHapus
  7. Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda no 2.
    Cara meningkatkan bilangan oktan ada 3 cara, yaitu :

    1. Dengan penambahan Etanol ⇒ C₂H₆O
    Premium yang memiliki nilai oktan 88 apabila ditambahkan dengan etanol maka nilai oktannya menjadi 91 (nilai ini mendekati pertamax 92).

    2. Dengan penambahan TEL (Tetraethyl Lead) ⇒ Pb(C₂H₅)₄
    Penambahan TEL dapat meningkatkan nilai oktan, tetapi menghasilkan hasil samping Pb (Timbal) yang dapat mengendap di mesin. Disamping itu, senyawa PbBr₂ yang dilepaskan ke udara juga sangat beracun dan berbahaya.

    3. Dengan penambahan MTBE (methyl tertiary butil eter) ⇒ C₅H₁₁O
    MTBE merupakan senyawa yang dibuat dari etanol. MTBE dapat meningkatkan bilangan oktan dan dapat mengurangi pembakaran tidak sempurna premium yang menghasilkan gas CO.

    BalasHapus
  8. Saya akan mencoba menjawab permasalahan Anda yg ke-1:
    ikatan π memberi pengaruhnya karena sifatnya yang mudah terputus pada reaksi kimia. Ikatan-ikatan tersebut membentuk skeleton atau rangka dasar karbon tempat gugus-gugus fungsional terikat.
    Misalnya etana, yang hanya memiliki ikatan σ C–C dan C–O, sehingga tidak memiliki gugus fungsional. Etana tidak memiliki ikatan polar, pasangan elektron bebas, maupun ikatan π, sehingga tidak ada sisi reaktif. Karena itu, etana dan molekul-molekul yang sejenis dengannya sangat tidak reaktif.

    BalasHapus
  9. No 2
    Adanya PbBr2 yang berasal dari mesin dapat menimbulkan pencemaran yang berbahaya. Oleh karena itu penggunaan timbel untuk meningkatkan angka oktan sekarang sudah ditinggalkan dan diganti dengan bahan lain misalnya MTBE

    BalasHapus
  10. Saya akan mencoba menjawab permasalahan Anda yg ke-1:
    ikatan π memberi pengaruhnya karena sifatnya yang mudah terputus pada reaksi kimia. Ikatan-ikatan tersebut membentuk skeleton atau rangka dasar karbon tempat gugus-gugus fungsional terikat.
    Misalnya etana, yang hanya memiliki ikatan σ C–C dan C–O, sehingga tidak memiliki gugus fungsional. Etana tidak memiliki ikatan polar, pasangan elektron bebas, maupun ikatan π, sehingga tidak ada sisi reaktif. Karena itu, etana dan molekul-molekul yang sejenis dengannya sangat tidak reaktif.

    BalasHapus
  11. Baiklah saya akan mencoba mnjawab yang kedua yaitu Untuk menaikkan angka oktan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan menambahkan TEL (tetra ethyl lead) dengan rumus kimia Pb(C2H5)4. Cara ini terbukti efektif, tetapi timbel sisa pembakaran dapat mengendap di mesin. Oleh karena itu perlu ditambahkan senyawa 1,2-dibromoetana yang akan mengikat timbel menjadi PbBr2 yang mudah menguap. Adanya PbBr2 yang berasal dari mesin dapat menimbulkan pencemaran yang berbahaya.

    BalasHapus
  12. Hay...
    Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda no 2.
    Cara meningkatkan bilangan oktan ada 3 cara, yaitu :

    1. Dengan penambahan Etanol ⇒ C₂H₆O
    Premium yang memiliki nilai oktan 88 apabila ditambahkan dengan etanol maka nilai oktannya menjadi 91 (nilai ini mendekati pertamax 92).

    2. Dengan penambahan TEL (Tetraethyl Lead) ⇒ Pb(C₂H₅)₄
    Penambahan TEL dapat meningkatkan nilai oktan, tetapi menghasilkan hasil samping Pb (Timbal) yang dapat mengendap di mesin. Disamping itu, senyawa PbBr₂ yang dilepaskan ke udara juga sangat beracun dan berbahaya.

    3. Dengan penambahan MTBE (methyl tertiary butil eter) ⇒ C₅H₁₁O
    MTBE merupakan senyawa yang dibuat dari etanol. MTBE dapat meningkatkan bilangan oktan dan dapat mengurangi pembakaran tidak sempurna premium yang menghasilkan gas CO.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modifikasi pada gugus amin dan imin

Senyawa karbonil